Cerita Sebelum Tahun Baru

Selain menjadi hari terakhir di tahun 2013, hari ini juga adalah genapnya aku menjadi karyawan di tempat kerjaku. Rasanya baru kemarin aku pontang-panting kebingungan transfer kerja mempelajari apa saja tugasku, sekarang aku sudah lumayan terampil dalam tugasku menjadi asisten editor, walau terkadang aku masih sering lupa tahap-tahap pengerjaannya. Dan sedikit kena ‘teguran’.

Selain itu, sudah genap dua pekan statusku berakhir menjadi mahasiswa. Ya, tanggal 18 kemarin aku secara de facto sudah menyelesaikan pendidikan sarjanaku. Walau sebenarnya aku tidak terlalu bersukacita atas status baruku menjadi ‘karyawan. Saat hasil sidang diumumkan, aku merasa biasa saja ketika teman-temanku yang lain bersukacita sambil berkaca-kaca. Sidang kemarin juga sebenarnya sidang yang tertunda dari dua bulan sebelumnya. Oh iya, mungkin karena aku lebih siap di dua bulan yang lalu, jadi aku ‘tiis’ saja kemarin. Perihal ini sempat aku tanyakan kepada Kryptonite. Sebelumnya ia melihatku tak berekspresi apa-apa ketika sepulang sidang aku ke Suaka dan ikut tidur.
                “Kok, aku biasa aja, ya, beres sidang tadi? Temenku pada berkaca-kaca, pelukan. Aku diem aja ngeliatin mereka semua,” tanyaku kepada pria berkumis itu.
                “Ya, kamu udah kerja kali. Jadi biasa aja..” jawabnya singkat.
Dipikir-pikir bener juga. Nggak tau sih karena apa. Menurutku sih karena sebenarnya hidup yang sebenarnya baru dimulai, semenjak awal bulan ini, ketika aku memutuskan untuk tidak lagi meminta uang kepada orang tua, dan nekat menyicil motor (walaupun uang mukanya dari mereka, hehe). Iya, aku sama sekali tak merasa bahagia karena hidup ini tak hanya soal mengerjakan skripsi, atau menjadi idealis dengan menjadi aktivis, tidak, hidup juga soal berekonomi, hidup juga soal bagaimana membuat perut kenyang, tubuh sehat terawat dan tak lupa kebutuhan batin terpenuhi.

Ditambah lagi Minggu kemarin, ketika Suaka, organisasi dimana aku tumbuh sampai pada kepengurusannya yang terakhir. Aku sudah beres menjalankan tugas sebagai redaktur selama setahun terakhir dan tibanya untuk pertanggungjawaban dan serah terima jabatan. Saat itu aku berpikir bahwa aku kan masih anggota walaupun sudah sidang, nah aku masih bisa menggunakan hak suaraku untuk memilih siapa PU (Pemimpin Umum) yang selanjutnya. Dan, tetot.

Malam Reformasi –kami menyebut kegiatan sertijab ini sebagai reformasi- kemarin dilaksanakan selama sehari dua malam di tempat yang sangat tinggi dan dekat dengan langit. Namanya Oray Tapa, lokasinya di Cimenyan, dari Cipadung jaraknya sekitar 10 km, tapi itu baru sampai belokannya. Dari situ kita menempuh perjalanan hampir satu jam. Jalannya cuma naik, dan makin ke atas kadar oksigen makin berkurang, jalan makin jelek. Saat itu rombongan kami ada sekitar 7 motor, di jalan anak-anak berteriak, “Gelo, ieu nu neangan tempat!”

Pasalnya ya memang benar gelo. Bayangkan awalnya ketika masih di bawah, kami masih melewati keramaian, komplek, tukang dagang dll, eh, makin kesini, gak ada lampu penerangan, rumah makin sedikit, sebelah kanan ada jurang, di kiri ada tebing. Aku aja yang dibonceng pegel, gimana yang bawa.

Setelah hampir sejam, akhirnya sampai juga kami. Ternyata kami ada di puncak, Reformasi dilaksanakan di sebuah rumah yang terbuat dari kayu. Rumah itu milik senior kami seorganisasi dengan imbalan seikhlasnya.

Foto oleh Zein/Suaka
                “Gratis kok, paling kalau mau bayar untuk perawatan aja dan untuk yang jaga,” kata yang punya.
Rumahku juga melewati gunung-gunung, sampai terkadang aku gak tega bawa teman-teman kesana karena takut kecapekan, itu juga dekat. Hanya 2,5 jam dari Bandung. Tapi yang ini, ini luar biasa.

Kami seperti semut-semut yang berdiri di atas sisi mangkok dan melihat sup yang terbuat dari lampu-lampu kota yang berkelap-kelip. Aku bingung mengapa lampu-lampu kota selalu berkelap-kelip kalau dilihat dari jauh. Kalau menurut Galah, salah satu sastrawan kampus gondrong yang sedang menumbuhkan kumisnya yang ikut dengan kami, lampu-lampu itu berkelap-kelip karena ada angin. Sementara saya masih bingung mengapa dan tetap jadi pertanyaan.

Foto oleh Anggara/Kepala Litbang Suaka 2013-2014

*bersambung, mau siap-siap pulang dulu dari tempat kerja. Besok libur!



Comments

Popular Posts