Pertemuan dengan Dua Wanita Pebisnis

Pagi ini saya bangun tidur dengan kenyataan bahwa ternyata saya sendirian di kostan. Teman sekostan saya, Nabila sedang pulang ke rumahnya di Sukabumi. Katanya dia mau pulang hari ini. Kemudian juga bahwa saya bangun kesiangan. Terlihat dari sinar matahari yang mulai tampak di jendela -_-

Menurut saya, di kostan sendirian itu adalah momen yang paling awkward selain momen embarrassing lainnya seperti jatuh terlentang di sebuah mall. Awkwardnya adalah bahwa kita ngga ada temen ngobrol. Mau ngobrol sama dispenser juga dia cuma ngasih gelembung-gelembung air atau paling banter dia cuma ngasih lampu hijau. Pertanda air sudah jadi panas. Sedih kan?

Makannya, ajakan teman saya Teh Fifi untuk beresin profil Savine untuk Indonesian Fashion Week tahun depan seperti angin segar beraroma terapi buat saya. Setidaknya saya tidak terlalu menjanda hari ini.

Saya janjian dengan teman saya yang punya lesung pipit ini di sebuah kafe unyu-unyu di kawasan Ciwalk. Karena besok mau Natal maka Ciwalk rame. Banyak yang belanja karena Year-End Sale lalu juga karena banyak yang mau natalan disini kali ya. Ngga ngertilah. Balik lagi ke Teh Fifi, ternyata beliau (haha beliau banget ya maap teh) bareng temennya yang namanya Teh Tunjung. Saya sendiri sudah familiar dengan nama ini karena suka wara-wiri di FB. Kami bertigapun mulai cari kafe yang wifinya enak dan kenceng berhubung banyak urusan gitulah ya. Hehe. Kita pindah-pindah kafe dua kali (dua kafe ini sebelahan) sampe akhirnya tetap menclok di kafe pertama. Bener ya rezeki mah ngga akan ketuker.    

Sekilas tentang Teh Tunjung, dia adalah owner label tas GET lulusan desain ITB sama kayak Teh Fifi. Kata Teh Fifi dia ngerjain grafisnya pantes bok keren banget itu GET. Nah, kalo Teh Fifi sendiri owner Savine yang sedang hectic ngurusin mau IFW tahun depan sekaligus mau produksi. Senang akhirnya saya berada di tengah-tengah mereka. Pertemuan selama kurang lebih 5 jam ini juga banyak kasih saya inspirasi.

Pada awalnya, saya sempet bingung mengikuti arah pembicaraan mereka. Kosa kata yang biasa saya dengar saat rapat redaksi jauh berbeda dengan apa yang saya dengar sekarang. Tapi kesananya saya bisa ngikutin sih. Hehe.

Kita datang ke kafe ini pas sekali dengan jam makan siang. Maka sebelum ngobrol kami pesan makan dulu. Lalu, setelah itu kami ngobrol-ngobrol. Posisi duduk kami yang berada di depan kafe pas banget dengan orang-orang yang lalu lalang. Paling banyak sih yang pacaran gitu ya. Yaudah sih biarin aja. Haha.

Ketika saya lagi ngedit-ngedit tulisan buat profile Savine, saya kebingungan dengan sebuah kata yang merujuk kepada wanita yang muslimah. Lalu aku nanya.

“Teh, kalo hijabers itu bahasa Inggrisnya hijabers aja atau apaan ya?”
Moslem hijabi sih bisa. Haha, kalo denger hijabers tuh gue rada gimana gitu ya,” ungkap Teh Tunjung.
“Haha, iya berasa ada pembedaan ya, gini ‘dia kan hijabers ya’…” ujar Teh Fifi. Lalu kami bertiga ketawa-ketawa.

Melihat fenomena tentang hijabers saat ini memang ada hal yang seperti tereduksi. Kata hijabers makin kesini bergeser maknanya menjadi sosialita, ajang kumpul, baju branded beratus-ratus ribu dan berjuta-juta. Hijabers sekarang menjadi sebuah kasta baru. Akan beda rasanya ketika kita bilang ‘iya dia dikerudung’, atau “dia hijabers’. Begitulah faktanya saat ini. Walaupun maknanya sama-sama menutup aurat, tapi entahlah menutup aurat sama saja kayaknya kalo akhirnya jadi pamer scarf. Entah mana yang lebih baik. We have own perspective within.

Saya juga jadi tahu apa arti fashion itu. Kata Teh Fifi fashion itu mencakup semua hal yang menempel pada diri kita. Dari kepala sampe kaki. Hal tersebut saya tanyakan perihal apakah tas itu bagian fashion?
“Ketika seseorang memakai sesuatu karena ada hal yang ingin disampaikan, itu artinya dia sudah fashionable. Sama halnya ketika masa Psychedelic, mereka pakai baju ini itu, asesoris ini itu karena ada hal yang ingin disampaikan,” kata Teh Fifi. 

Lebih lanjut, untuk tas, kalung, dan teman-temannya dikategorikan sebagai asesoris fashion. Aku ngangguk2.

Finally, kami akhirnya harus tetap berkutat pada 3 paragraf profile Savine yang deadlinenya hari ini. Di kalimat terakhir kami sempat stuck dan sama sekali ngga bisa mikir. Sebelumnya Teh Tunjung ngasih banyak editing dan masukan untuk review mentahnya. Kita bingung pada kalimat terakhir, which is karena kalimat terakhir adalah kesimpulan dari Savine secara keseluruhan. Saya baru tau akhirnya dunia kata-kata dalam fashion. Apalagi dalam bahasa Inggris. Dan akhirnya setelah Thai Tea punya The Fifi habis kalimat pamungkas itu akhirnya ketemu. Feels like finding treasures on the ground! Swear to god!

Akhirnya setelah mengucapkan Alhamdulillah karena tugas sudah beres, Teh Fifi melanjutkan attaching data untuk email. Setelah sebelumnya sudah beres attaching foto-foto produk yang jadi syarat. Dan ketika mau kirim email, gagal terus. Kita bingung banget atulah wifinya ngga usah kenapa-kenapa juga ya -__-

Udah gitu Teh Fifi nyeletuk, “Eh, ini recipientsnya belum dimasukin. Hahahahaha!”

Saya sangat berharap bahwa saya ikut diboyong sama Teh Fifi ke IFW  tahun depan, plis walopun lagi KKN bisalah da deket Sukabumi-Jakarta mah. Hehe.

Thanks The Fifi and The Tunjung for such a great inspiration that you gave. You are both rawk! One more, thanks to Teh Fifi for giving the trust to have Savine as my another part of my activity beside writing in Suaka :)

ps: beberapa kutipan dirubah oleh saya karena keterbatasan daya ingat.

Link: SavineGET

Comments

  1. waaaa sampe ditulis hahaha.. aku yang kebantu aliin di Savine, makasii hihi

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts