Belum Nonton Tapi Aku Senang Film Rangga dan Cinta

 Yandy Laurens menulis pengalamannya setelah menonton film Rangga dan Cinta yang diunggah di Instagram resmi @filmranggacinta. Dalam unggahannya ia menyatakan film Rangga dan Cinta membawanya kembali ke masa-masa jatuh cinta yang menggebu di masa muda. Kadang pengalaman ini membuat beberapa orang malu, marah atau perasaan lainnya. Tapi, Yandy menulis bahwa masa-masa jatuh cinta itu murni dan valid. Ia menuliskan bahwa ia sempat menangis karena tertegun dan terharu. Film Rangga dan Cinta berhasil mengizinkan pengalaman masa mudanya datang kembali dengan sopan.

Mungkin banyak orang melihat bahwa masa-masa jatuh cinta saat SMA itu pengalaman tidak penting, childish. Tapi, setelah aku baca tulisan Yandy ya benar juga. Untuk yang ingin mengenang bagaimana kita saat jatuh cinta di masa remaja harus menonton film Rangga dan Cinta. Mungkin bisa jadi perasaan cinta waktu SMA itu kekanak-kanakan. Tapi, momen itu penting karena ia adalah tangga menuju perasaan cinta yang lebih dewasa beberapa tahun setelahnya.

Cerita menariknya, Mira Lesmana sebagai produser film Rangga dan Cinta membuat Rebirth AADC sebagai salah satu tempat di mana ia ingin bisa mengalami serunya masa SMA. Dalam satu podcast, Riri Riza, sutradara sekaligus sutradara film Rangga dan Cinta menceritakan bahwa Mira tidak bersekolah SMA di Indonesia, tapi di Amerika. Di mana saat itu keluarganya pindah ke Amerika mengikuti sang adik, Indra Lesmana yang bersekolah di sana. Riri sendiri bersekolah SMA di Indonesia dan menurutnya masa-masa SMA adalah masa penting dan krusial dalam pengalaman hidup setiap orang termasuk dirinya. 

Banyak pihak sempat menyangsikan bahwa apakah bisa AADC, film selegendaris itu di-remake. Saat trailer pertama kali keluar, banyak yang meragukan hal ini. Terlihat dari komentar-komentar di trailernya, yang kebanyakan datang dari generasi milenial yang merasa bahwa karakter ikonik, Rangga dan Cinta hanya milik Nicholas Saputra dan Dian Sastrowardoyo. Tapi, Mira berulang-ulang dalam banyak podcast memberitahukan bahwa Rangga dan Cinta adalah karakter, bukan sosok Nicho atau Dian. 

Jadi, saat akhirnya El Putra Sarira yang didapuk menjadi Rangga ya karena karakter Rangga diyakini bisa dibawakan dengan baik oleh El. Sebagai info, El berasal dari Makassar dan lahir di Papua. Latar belakang ini diharapkan menjadi kekuatan El untuk menjadi Rangga di filmnya. Spesialnya, saat audisi, El langsung dipilih oleh Nicholas Saputra. Kata Mira dan Riri dalam podcast bersama Ernest, Nicho punya feeling yang kuat dan mereka mempercayakan hal ini. Sudut pandang Nicho juga memang dibutuhkan karena karakter Rangga dulu dimainkannya pertama kali di industri film, persis seperti El saat itu.

Kalau dilihat, ini merupakan keputusan yang besar yang dilakukan dengan gambling. Bahwa dari sekian banyak aktor muda di Indonesia, Nicho malah memilih seorang pemuda timur yang sama sekali tidak punya latar akting. Jujur, dari trailer-nya aja sudah terlihat bahwa Rangga versi El lebih manusiawi dibanding yang diperankan Nicho. Dan ternyata hal ini juga dijelaskan oleh Mira bahwa ada penyesuaian karakter dalam film Rangga dan Cinta walau dia rebirth. Rangga versi Nicho membawa dirinya dengan banyak amarah, maka karakter yang terlihat adalah ketus. Sedangkan Rangga versi El membawa dirinya ke layer yang lebih dalam ke karakter Rangga, ia kikuk, pintar, rapuh dan berusaha sekuat tenaga mencintai Cinta dengan karakter anehnya ini. Tapi, lebih manusiawi kan.
 



Comments

Popular Posts