Menebak Isi Kepala

Aku senang kumpul bareng teman-teman. Aku senang memperhatikan orang. Aku senang dengar cerita mereka. Dari cerita-cerita yang kudengar, biasanya aku menelaah. Menelaah bagaimana karakter mereka, sekaligus belajar merespon mereka dengan hati-hati. 

Ada orang yang ketika bercerita, selalu ingin jadi pusat perhatian. Membuat situasi bahwa hanya pengalaman merekalah yang terbaik dari pengalaman-pengalaman lain. Orang seperti ini biasanya tidak suka kalau lawan bicaranya mempunyai pengalaman yang lebih baik. Orang-orang seperti ini biasanya aku respon searah, aku respon seolah aku setuju sambil mengikuti pembicaraan dia sambil menilai bagaimana dia memandang sesuatu. Kurespon seolah aku yang bodoh. Padahal aku ingin mengetahui jalan pikirannya saja. Menghadapi orang-orang seperti ini tak usah konfrontasi. Cukup berkata dalam hati saja “Hidupnya sangat berat sampai harus selalu tampak sempurna,”. Terlepas dari itu, mereka memang sangat baik, tak hitungan. Mungkin karena ada harga yang dia beli dari cerita-cerita yang akan dia muntahkan kepada kita.

Ada juga yang jujur. Ceritanya tidak selalu tentang kesenangan, sering juga tentang kerapuhan. Toh, memang kita manusia tidak selalu tampil sempurna, kan. Aku selalu salut sama mereka. Butuh keberanian untuk berbagi soal kesedihan. Aku lebih belajar soal cerita dengan jujur ini. Karena banyak dari kita tidak mau diketahui tentang keburukannya, kelemahannya. Padahal menurutku apa yang salah, justru kita sedang menerima hidup. Kehidupan tidak pernah menilai kita. Hanya kita saja yang terlalu sibuk menebak isi kepala kita sendiri. 



Comments

Popular Posts