Kampus yang Belum Siap Mental


Saya sedikit kelimpungan saat menuruni angkot yang membawa saya menuju kampus. Sambil merogoh uang Rp 2000, saya harus turun sambil membawa satu Tote Bag dan helm. Barang yang dibawa sebenarnya tidak terlalu membuat pikiran saya berlari lebih cepat daripada badan ini. Ada hal lain.

“Eh, Alin. Mau kemana?” Di gerbang kampus saya disapa oleh senior saya, Pungkit namanya.
“Ini, A. Mau liat kelompok,” Sambil terburu-buru saya menjawab. Kerudung yang saya pakai entah sudah bagaimana bentuknya. Saya kira senior saya yang satu ini mengajak diskusi perihal pementasan atau diskusi tentang film…
 “Aduh, gaya nih, KKN yaa.” Ujarnya sambil tertawa. Aku hanya membalas tawanya dengan berjalan lebih cepat. 
Pikiranku berpikir bagaimana pembagian kelompok ini jadinya dan bagaimana 2000an mahasiswa bertemu dengan anggota kelompoknya yang lain. Pikiranku tertuju pada cerita Dita tentang KKN nya. Di kampusnya (Unpad), kelompok KKN dan lokasi bisa dipilih secara online. Sementara, saya menyamakan persepsi dengannya tentang hal ini. It won’t take a long way to get your friends-to be, yes. Dan berpikiran positif adalah satu-satunya cara yang bisa kulakukan saat itu.

Selama perjalanan dari Cikutra sampai kampus, saya terus berkomunikasi dengan Inna. Teman sekelas saya di Kelas Konsentrasi Sastra. Gadis keturunan Yaman yang satu ini sudah membuat proposal judul dan baru saja mendapat pacar. Saya berkomunikasi dengannya perihal gimana ini procedural pembagian kelompok dll. Oh, dan saya terlalu over expected dengan another practical work kali ini.

Pengumuman kelompok ditempel di Gedung Ushuludin yang baru and she said it was too hectic to come. Maybe she could put word chaos there -_-

Voilaa! Sebanyak 225 kelompok KKN terpajang di jajaran triplek dengan kondisi yang mengenaskan. Bayangkan, ada 2000an mahasiswa disana mencari nama kelompoknya dan harus mencantumkan nomer telepon. Come on, people. It’s 2013!

Sepertinya, kalau mereka dibekali parang perorang, bisa jadi ada adegan cabik mencabik demi melihat namanya tercantum di daftar kelompok. Oke, sebenarnya kampus sudah menyediakan versi PDF di website kampus. But, that’s all. Dalam hal database sepertinya kampus saya yang paling tertinggal dari kampus (khususnya negeri) lainnya di… Indonesia?

Btw, according to Inna, saya kebagian kelompok 183. Kyaaaaaa!

Saya. Sama. Sekali. Tidak. Tertarik. Untuk mengecek anggota lain disana. Atau nulis nomer hape. Untuk sementara saya memisahkan diri dan melihat kelakuan anak-anak yang susah payah cari nama mereka di papan itu.

Btw, gedung yang halamannya dipakai untuk memajang daftar kelompok ini adalah gedung pertama yang jadi dari bantuan IDB. Di halamannya ada rumput Jepang gitu. Oh, dan…

Entah ini kebiasaan bermain sepak bola atau urat kesopanannya sudah putus, banyak diantara mereka yang seenaknya menginjak rumput Jepang yang sudah didesain sedemikian rupa oleh arsitek agar kampus ini terlihat indah. Mereka berlalu-lalang seenaknya. Beberapa diantara mereka mengikuti teman-temannya menginjak rumput hias ini karena mungkin merasa ada pembenaran.


Beberapa diantaranya yang lain dengan tidak berprikemanusiaan membuang sampah seenaknya disana. Segera saya langsung ambil handphone dan segera mengambil gambar. Saya langsung berniat menguploadnya ke akun Suaka Fresh yang saya pegang. But, the signal was not really there. So, I discard all the photos post and decided to post them in my blog.

Dengan melihat itu semua, maka saya adalah orang terdepan yang menentang untuk ide pembuatan area hijau di area kampus. Bila keadaannya seperti tadi. Mubazir. Rumput Jepang yang hanya sepetak itu saja udah diinjak-injak gimana yang lebih besar?

Atau menaruh pengumuman “Jangan Injak Rumput Ini” bisa jadi solusi? Haha. Entahlah tapi nampaknya kampus ini belum mempunyai mental untuk diberi fasilitas yang bagus dan mewah. Kasian IDB, kasian negara ini. Pajak yang kita bayar nggak kita gunakan dengan baik dan bijaksana.

Setelah itu, mood saya buruk sampai malam hari. Sekian.

Untuk foto akan saya unggah besok lagi :)

Comments

Popular Posts