Tersinggung
Beberapa waktu terakhir, saya terganggu sama temen-temen
saya yang sedang merintis bisnis sendiri. Mereka sering sekali menyindir
teman-temannya yang bekerja, yang (saat ini) belum berbisnis. Emang tujuan
berbisnis itu kayak gitu, ya? Emang dengan menyindir mereka dapet banyak
relasi?
Ini nggak tau sayanya aja yang terlalu geer atau emang
mereka berharap temen-temennya pada kesindir. Tapi, saya, beneran tersinggung.
Definetely.
Dari katanya, business berasal dari akar kata ‘busy’ yang
artinya sibuk. Bila dihubungkan dengan ilmu ekonomi, berbisnis adalah menjalani
kesibukan dengan menjual barang dan jasa kepada konsumen. Mungkin ada orang
yang ditakdirkan memulai bisnis dari saat ini, tapi ada juga yang bekerja pada
orang lain dulu, mengadaptasi lingkungan, ambil ide bisnis apa yang bisa
dikembangkan nanti, kumpulin uang, baru terjun total. Ini, ya, sama2 merintis
kok udah main sindir2 aja. Jalan hidup itu nggak semuanya belok ke kanan, ada
yang belok ke kiri dulu, ada yang lurus dulu. Nggak semuanya kudu sejalur.
Emang sih, pasti ada kebanggaan sendiri ketika mempunyai
bisnis. “Gue itu bos buat diri gue sendiri,” gitu katanya. Tapi, kan kalo masih
merintis kenapa nggak mulai membangun komunikasi dan relasi yang baik? Kenapa
situ nggak ngasih pendekatan yang lebih etis lagi dari cuma nyindir orang?
Figur-figur pelaku bisnis pasti melihat mereka yang udah
sukses, yang udah tinggal tunjuk-tunjuk barang kalo belanja, yang bisa dapet
omzet milyaran ketika dia tidur lelap. Yah, baru mulai rintis yang dilihat
suksesnya aja, bukannya proses dulunya gimana. Saya yakin banget pebisnis yang
sukses pasti punya etika yang bagus. Mereka, kan tergantung sama relasi, kalo
relasi tersinggung? Ya kabur. Apalagi yang loyal, bisa-bisa kejelekan imajiner
kita disebarin ke yang lain. Mau?
Semoga saya nggak
lagi PMS, deh, ya.
Comments
Post a Comment